Translate
Senin, 17 Februari 2014
Abu Abu Derita
Cipt. Bagas Boro Sakti
Aku rela melangkah di tanah abu ini, karena aku tidak sendiri. Ribuan pasang kaki menjunjung nyawa penuh dengan derita. Setiap jejaknya menjaga asa agar jiwa tetap melekat pada raga.
Aku termenung, apa yang bisa dilakukan olehku kecuali menari-narikan pena untuk menggugah kalian pembaca? Mengapa tak mengulurkan tangan dengan sesuatu yang berarti meskipun hanya sebatang kayu bakar? Atau sebatang korek untuk sedikit menghangatkan tubuh mereka.
Sesungguhnya akan lebih baik anda berdoa untuk mereka daripada membaca catatanku yang semakin menyudutkan anda sekalian!
Ambilah air wudhumu kawan, bersujud dan berdoalah bagi engkau kaum muslimin sebelum engkau dimatikan.
Langkahkan kaki secepat mungkin ke Gereja dan berdoalah kepada-Nya bagi engkau kaum kristiani sebelum ada yang terakit.
Dentuman diiringi teriakan bukan hal biasa, tanya pada mereka kawan. Bagaimana usaha mereka mempertahankan kepala dari jutaan batu berterbangan bak sasaran tembak kolonial. Dibawah lindungan tenda kecil mereka menaruhkan hidupnya. Berbaur satu sama lain tak ada bedanya, si kecil, remaja, dewasa dan lansia. Si kaya, fakir, dan miskin sama saja. Mata perih tak mengapa, asal tak buta. Raga terguyur abu vulkanik mereka terima, demi hidup lebih lama. Tak ada purnama ataukah bintang bukan masalah, asal selimut setia menutupi tubuh mereka dari jahatnya dingin menerpa.
Tuhan, kasihan mereka, lindungi raganya ampunilah jika lupa akan kuasaMu. Sungguh saya rela jika mereka adalah pemakan harta rakyat, bukan mereka, bukan mereka ya Tuhan! Bersihkan dosanya setelah bencana ini dan berilah hidayahMu. Biarkanlah mereka bersujud kepadaMu kembali.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar